There is a Will There is a Way
Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Jember menorehkan prestasi
membanggakan. Lantunan suara mahasiswa dan mahasiswi Kampus Tegalboto
menjadi yang terbaik dalam 5th Grand Prix Pattaya 2012 (18-22/7).
Berikut kisah kerja keras mereka sampai membawa gelar seperti yang
dilaporkan oleh Staf Bagian Humas dan Protokol Rokhmad Hidayanto yang
juga bertugas menjadi conductor PSM Universitas Jember dalam ajang
tersebut.
Setelah semua masalah teknis dan non teknis kami persiapkan dengan
matang maka datanglah saat yang kami tunggu-tunggu, keberangkatan ke
Thailand. Pembantu Rektor II Dr. Ir. Jani Januar yang memberangkatkan
kami di gedung Sutardjo tepat jam 12 malam.
Kami sangat beruntung karena dibantu oleh agen yang mendampingi kami
mulai dari pemberangkatan, di Thailand, sampai pulang kembali ke
Jember. Keberuntungan terus berlanjut di Thailand kami didampingi pula
oleh guide lokal yang sangat bagus Bahasa Indonesia-nya. Sehingga secara
non teknis hampir tidak ada kendala. Masalah yang kami takutkan yaitu
tempat latihan selama di Thailand-pun dapat teratasi dengan baik,
walaupun kami harus berlatih di tempat parkir ketika di Bangkok, ataupun
di pinggir kolam renang hotel ketika di Pattaya. Justru kami menjadi
pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang, dan menambah semangat
juang anak-anak.
Hari itu, Kamis 19 Juli adalah hari pembukaan 5th Grand Prix Pattaya
2012. Setiap tim mendapat kesempatan untuk konser di ABAC Church,
Suvarnabhumi Campus- Assumption University, Bangkok, dimana upacara
pembukaan digelar. Menurut guide lokal kami Assumption University
Bangkok adalah kampus termegah di Thailand. Memang bangunan yang kami
lihat sungguh sangat menakjubkan untuk sebuah bangunan yang digunakan
untuk sebuah universitas. Kami tampil dengan bagus saat itu, walaupun
hanya menyanyikan satu lagu Podo Nginang, lagu yang akan kami bawakan
pada saat lomba nanti.
Sayangnya kami tidak bisa tampil dengan kekuatan penuh. Salah satu
penyanyi harus istirahat setelah pingsan dua kali dan harus dibawa ke
dokter. Satu pelajaran berharga bagi kami. Faktor makanan penyebabnya.
Pada malam harinya saya dan Mas Lilik kumpulkan semua penyanyi, kami
beri rambu-rambu apa yang seharusnya dilakukan seorang penyanyi untuk
menjaga stamina dan tetap fokus pada lomba. Esok harinya saya lihat
perubahan besar pada pola makan anak-anak. Kemauan mereka sangat tinggi
pada lomba hingga mereka sangat berhati-hati dalam memilih makanan.
Mereka menghindari makanan pedas dan asam yang ada pada menu khas
masakan Thailand, tanpa saya dan Mas Lilik mengawasi satu-persatu.
Tanggal 20 Juli 2012, kami harus pindah hotel karena harus mengikuti
program acara panitia, konser marathon di Pattaya. Konser marathon
adalah konser yang dilakukan oleh seluruh peserta lomba untuk saling
mengenal antara paduan suara satu dengan yang lain. Acara digelar di
Rayong Hall, Ambassador City Jomtien Hotel di Pattaya, tempat kami harus
bertanding keesokan harinya. Satu demi satu peserta menampilkan
lagunya. PSM Unej menampilkan lagu April is in My Mistress Face, karya
Thomas Morley salah satu lagu madrigal yang dibuat pada tahun 1594.
Dari konser marathon ini kami coba untuk mengukur kekuatan lawan,
hasilnya? Lawan yang akan kami hadapi tidak tanggung-tanggung. Yang
sama-sama turun di kategori Folkklore a-capela adalah Tainan Chamber
Choir dari Taiwan dan Universitas Pancasila dari Indonesia. Perhatian
saya tertuju pada Tainan Chamber Choir. Mereka nampak menonjol dibanding
dengan peserta lain. Ada satu lagi yang menurut saya bagus adalah
Aukuras Klaipeda dari Lituania, tetapi saya agak cuek karena mereka
turun di kategori yang berbeda.
Setelah konser marathon usai saya berkesempatan berkenalan dengan
conducter Tainan Chamber Choir, Shanmin Yu. Seorang wanita tomboy
berambut cepak, wajah orientalnya tetap menunjukkan karakter seorang
wanita yang tegas. Kami diberi souvenir berupa CD dan profile Paduan
Suara mereka. Dari perbincangan singkat dan profile yang diberikan itu
saya tahu Dr. Yu adalah doktor di bidang Paduan suara dan sebelum
kembali ke Taiwan dia meniti karir sebagai seorang penyanyi opera
profesional di broadway USA.
Pada hari Sabtu 21 Juli, hari H lomba, dengan latihan ketat pada
penggunaan kostum dan make up, kami bisa datang lebih awal dari jadwal
yang ditentukan panitia. Dan tiba-tiba saja kami langsung dipanggil
untuk masuk ke pentas. Dengan sedikit kepanikan kami berjalan menuju
pentas, sejenak saya dibisiki salah satu panitia dari Czech Republik “
Hey they are scarry look”, dan saya hanya bisa tersenyum. Dengan
tergesa-gesa masuklah kami ke pentas dengan kostum batik “gajah oleng”
khas Banyuwangi. Beberapa juri kontan berbisik, dari gerak bibirnya
beberapa anak melihat mereka mengatakan “I love This Costume”.
Setelah kami naik panggung ternyata MC mengatakan saatnya Universitas
Pancasila untuk tampil. Akhirnya kami meyakinkan juri dan panitia bahwa
kami adalah dari Universitas Jember dan bukan Universitas Pancasila.
Pancasila University Student Choir memang turun di dua kategori yaitu
E3 Mixed Choir yang harusnya tampil saat itu dan F1 Folklore a capella
yang nanti berlaga satu kategori dengan PSM Unej . Akhirnya kami turun
pentas lagi.
Syukur alhamdullilah, keberuntungan selalu menyertai Tim PSM Unej
ketika mengikuti rangkaian 5th Grand Prix Pattaya 2012. Dari kekeliruan
panitia akhirnya anak-anak bisa mengetahui suasana pentas sekalian
bloking panggung. Semua peserta memang tidak diperkenankan untuk
bloking, tetapi kami sangat beruntung karena atas kelalaian panitia kami
bisa melakukannya. Nervous? tentu ada tetapi rasanya sudah dihabiskan
anak-anak pada saat kekeliruan ini terjadi.
Karena kekeliruan tadi maka rasa percaya diri anak-anak semakin tumbuh
bagus. Panitia yang tadi membisiki saya, sudah mengatakan “they are
smile now!”. Dan, datanglah waktu yang kami tunggu, TAMPIL!. Di Hadapan
Dewan Juri yang terdiri dari Grace Echauri dari Mexico, Jacopo
Gianninoto dari Italy, Jiri Klimes dan Marek Klimes dari Czech Republik
serta Somtow Sucharitkul dari Thailand kami mengeluarkan seluruh energi
yang ada untuk menampilkan yang terbaik yang kami punya.
Lagu pertama Erang-erang Subuh, yang berisi tentang nasehat-nasehat
kehidupan mampu kami tampilkan dengan baik. Tepuk tangan panjang kami
dengarkan, saya harus bersabar untuk memulai lagu kedua. Lagu kedua
Podho Nginang, bercerita tentang perjuangan rakyat Banyuwangi di jaman
penjajahan, juga mendapat applause panjang. Setelah lagu kedua selesai
tibalah saat yang menegangkan bagi saya yaitu mereka harus berganti
kostum. Kostum Banyuwangi dengan berbagai aksesorisnya harus mereka
lepas di pentas itu juga, sehingga mereka memunculkan kostum Papua,
dengan berbagai aksesorisnya. Aksesoris yang harus kami pasang ikat
kepala, kalung, hiasan lengan dan hiasan kaki.
Tidak lebih dari dua menit, kami sudah dalam posisi lagu ketiga. Begitu
balik kanan dengan kostum Papua tepuk tangan dari Juri dan penonton
terus terdengar sampai tangan saya memberi aba-aba ke penyanyi kalo lagu
ketiga akan kami mulai. Barulah tepuk tangan mereda berganti dengan
kesunyian. Konsentrasi sebentar lalu kami mulai lagu Diru-diru Nina,
lagu yang bercerita tentang pesta rakyat di Papua. Begitu usai lagu
ketiga tepuk tangan kembali bergemuruh. kami turun pentas, dan saya
merasa bangga dengan penampilan terbaik yang anak-anak lakukan. Beberapa
orang mengatakan ke saya, dari awal festival dimulai baru tim PSM Unej
yang mendapat tepuk tangan. Lega rasanya.
Tibalah saat pengumuman pemenang. Saya lihat wajah-wajah gelisah
dimiliki oleh hampir setiap peserta. Harap-harap cemas seperti juga yang
saya rasakan. Kategori demi kategori diumumkan pemenangnya. Kategori
yang kami ikuti F1 Folklore a capella diumumkan di bagian akhir.
Disebut pertama adalah Tainan Chamber Choir dengan mendapat medali
perak. Kemudian disebut berikutnya adalah Pancasila University Student
Choir dari Jakarta Indonesia berhasil membawa medali Emas dengan skore
96. Wajah-wajah galau semakin menyelimuti anak-anak PSM Unej, Medali
emas telah di ambil oleh Pancasila University Student Choir. Akhirnya
Disebutlah nama JEMBER UNIVERSITY CHOIR mendapatkan medali emas dengan
skore 100! Sempurna. Girang, haru, teriak histeris dan menangis.
Berbagai macam ekspresi ditunjukkan anak-anak. Skore 100 adalah skore
sempurna, Fine Art!. Nilai yang tidak kami duga sebelumnya akan bisa
kami capai.
ukhee dah tak koment..
BalasHapusbagus bagus,,