Selasa, 14 Mei 2013

KENANGAN INDAH BERSAMA PSM UNIVERSITAS JEMBER DI THAILAND





There is a Will There is a Way

Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Jember menorehkan prestasi membanggakan. Lantunan suara mahasiswa dan mahasiswi Kampus Tegalboto menjadi yang terbaik dalam 5th Grand Prix Pattaya 2012 (18-22/7). Berikut kisah kerja keras mereka sampai membawa gelar seperti yang dilaporkan oleh Staf Bagian Humas dan Protokol Rokhmad Hidayanto yang juga bertugas menjadi conductor PSM Universitas Jember dalam ajang tersebut.
Setelah semua masalah teknis dan non teknis kami persiapkan dengan matang maka datanglah saat yang kami tunggu-tunggu, keberangkatan ke Thailand. Pembantu Rektor II Dr. Ir. Jani Januar yang memberangkatkan kami di gedung Sutardjo tepat jam 12 malam.
Kami sangat beruntung karena dibantu oleh agen yang mendampingi kami mulai dari pemberangkatan, di Thailand,  sampai pulang kembali ke Jember. Keberuntungan terus berlanjut di Thailand kami didampingi pula oleh guide lokal yang sangat bagus Bahasa Indonesia-nya. Sehingga secara non teknis hampir tidak ada kendala. Masalah yang kami takutkan yaitu tempat latihan selama di Thailand-pun dapat teratasi dengan baik, walaupun kami harus berlatih di tempat parkir ketika di Bangkok, ataupun di pinggir kolam renang hotel ketika di Pattaya. Justru kami menjadi pusat perhatian orang-orang yang berlalu lalang, dan menambah semangat juang anak-anak.
Hari itu, Kamis 19 Juli adalah hari pembukaan 5th Grand Prix Pattaya 2012. Setiap tim mendapat kesempatan untuk konser di ABAC Church, Suvarnabhumi Campus- Assumption University, Bangkok, dimana upacara pembukaan digelar. Menurut guide lokal kami Assumption University Bangkok adalah kampus termegah di Thailand. Memang bangunan yang kami lihat sungguh sangat menakjubkan untuk sebuah bangunan yang digunakan untuk sebuah universitas. Kami tampil dengan bagus saat itu, walaupun hanya menyanyikan satu lagu Podo Nginang, lagu yang akan kami bawakan pada saat lomba nanti.
Sayangnya kami tidak bisa tampil dengan kekuatan penuh. Salah satu penyanyi harus istirahat setelah pingsan dua kali dan harus dibawa ke dokter. Satu pelajaran berharga bagi kami. Faktor makanan penyebabnya. Pada malam harinya saya dan Mas Lilik kumpulkan semua penyanyi, kami beri rambu-rambu apa yang seharusnya dilakukan seorang penyanyi untuk menjaga stamina dan tetap fokus pada lomba. Esok harinya saya lihat perubahan besar pada pola makan anak-anak. Kemauan mereka sangat tinggi pada lomba hingga mereka sangat berhati-hati dalam memilih makanan. Mereka menghindari makanan pedas dan asam yang ada pada menu khas masakan Thailand, tanpa saya dan Mas Lilik mengawasi satu-persatu.
Tanggal 20 Juli 2012, kami harus pindah hotel karena harus mengikuti program acara panitia, konser marathon di Pattaya. Konser marathon adalah konser yang dilakukan oleh seluruh peserta lomba untuk saling mengenal antara paduan suara satu dengan yang lain. Acara digelar di Rayong Hall, Ambassador City Jomtien Hotel di Pattaya, tempat kami harus bertanding keesokan harinya. Satu demi satu peserta menampilkan lagunya. PSM Unej menampilkan lagu April is in My Mistress Face, karya Thomas Morley salah satu lagu madrigal yang dibuat pada tahun 1594.
Dari konser marathon ini kami coba untuk mengukur kekuatan lawan, hasilnya? Lawan yang akan kami hadapi tidak tanggung-tanggung. Yang sama-sama turun di kategori Folkklore a-capela adalah Tainan Chamber Choir dari Taiwan dan Universitas Pancasila dari Indonesia. Perhatian saya tertuju pada Tainan Chamber Choir. Mereka nampak menonjol dibanding dengan peserta lain. Ada satu lagi yang menurut saya bagus adalah Aukuras Klaipeda dari Lituania, tetapi saya agak cuek karena mereka turun di kategori yang berbeda.  
Setelah konser marathon usai saya berkesempatan berkenalan dengan conducter Tainan Chamber Choir, Shanmin Yu.  Seorang wanita tomboy berambut cepak, wajah orientalnya tetap menunjukkan karakter seorang wanita yang tegas. Kami diberi  souvenir berupa CD dan profile Paduan Suara mereka. Dari perbincangan singkat dan profile yang diberikan itu saya tahu  Dr. Yu adalah doktor di bidang Paduan suara dan sebelum kembali ke Taiwan dia meniti karir sebagai seorang penyanyi opera profesional di broadway USA.
Pada hari Sabtu 21 Juli, hari H lomba, dengan latihan ketat pada penggunaan kostum dan make up, kami bisa datang lebih awal dari jadwal yang ditentukan panitia. Dan tiba-tiba saja kami langsung dipanggil untuk masuk ke pentas. Dengan sedikit kepanikan kami berjalan menuju pentas, sejenak saya dibisiki salah satu panitia dari Czech Republik “ Hey they are scarry look”, dan saya hanya bisa tersenyum.  Dengan tergesa-gesa masuklah kami ke pentas dengan kostum batik “gajah oleng” khas Banyuwangi. Beberapa juri  kontan berbisik, dari gerak bibirnya beberapa anak melihat mereka mengatakan “I love This Costume”.
Setelah kami naik panggung ternyata MC mengatakan saatnya Universitas Pancasila untuk tampil. Akhirnya kami meyakinkan juri dan panitia  bahwa kami adalah dari Universitas Jember dan bukan Universitas Pancasila.  Pancasila University Student Choir memang turun di dua kategori yaitu E3 Mixed Choir yang harusnya tampil saat itu dan F1 Folklore a capella yang nanti berlaga satu kategori dengan PSM Unej . Akhirnya kami turun pentas lagi.
Syukur alhamdullilah, keberuntungan selalu menyertai Tim PSM Unej ketika mengikuti rangkaian  5th Grand Prix Pattaya 2012. Dari kekeliruan panitia akhirnya anak-anak bisa mengetahui suasana pentas sekalian bloking panggung. Semua peserta memang tidak diperkenankan untuk bloking, tetapi kami sangat beruntung karena atas kelalaian panitia kami bisa melakukannya. Nervous? tentu ada tetapi rasanya sudah dihabiskan anak-anak pada saat kekeliruan ini terjadi.
Karena kekeliruan tadi maka rasa percaya diri anak-anak semakin tumbuh bagus. Panitia yang tadi membisiki saya, sudah mengatakan “they are smile now!”. Dan, datanglah waktu yang kami tunggu, TAMPIL!. Di Hadapan Dewan Juri yang terdiri dari Grace Echauri dari Mexico, Jacopo Gianninoto dari Italy, Jiri Klimes dan Marek Klimes dari Czech Republik serta Somtow Sucharitkul dari Thailand kami mengeluarkan seluruh energi yang ada untuk menampilkan yang terbaik yang kami punya.
Lagu pertama Erang-erang Subuh, yang berisi tentang nasehat-nasehat kehidupan mampu  kami tampilkan dengan baik. Tepuk tangan panjang kami dengarkan, saya harus bersabar untuk memulai lagu kedua. Lagu kedua Podho Nginang, bercerita tentang perjuangan rakyat Banyuwangi di jaman penjajahan, juga mendapat applause panjang. Setelah lagu kedua selesai tibalah saat yang menegangkan bagi saya yaitu mereka harus berganti kostum. Kostum Banyuwangi dengan berbagai aksesorisnya harus mereka lepas di pentas itu juga, sehingga mereka memunculkan kostum Papua, dengan berbagai aksesorisnya. Aksesoris yang harus kami pasang ikat kepala, kalung, hiasan lengan dan hiasan kaki.
Tidak lebih dari dua menit, kami sudah dalam posisi lagu ketiga. Begitu balik kanan dengan kostum Papua tepuk tangan dari Juri dan penonton terus terdengar sampai tangan saya memberi aba-aba ke penyanyi kalo lagu ketiga akan kami mulai. Barulah tepuk tangan mereda berganti dengan kesunyian. Konsentrasi sebentar lalu kami mulai lagu Diru-diru Nina,  lagu yang bercerita tentang pesta rakyat di Papua. Begitu usai lagu ketiga  tepuk tangan kembali bergemuruh. kami turun pentas, dan saya merasa bangga dengan penampilan terbaik yang anak-anak lakukan. Beberapa orang mengatakan ke saya, dari awal festival dimulai baru tim PSM Unej yang mendapat tepuk tangan. Lega rasanya.
Tibalah saat pengumuman pemenang. Saya lihat wajah-wajah gelisah dimiliki oleh hampir setiap peserta. Harap-harap cemas seperti juga yang saya rasakan. Kategori demi kategori diumumkan pemenangnya. Kategori yang kami ikuti F1 Folklore a capella diumumkan di bagian akhir.
Disebut pertama adalah Tainan Chamber Choir dengan mendapat medali perak. Kemudian disebut berikutnya adalah Pancasila University Student Choir dari Jakarta Indonesia berhasil membawa medali Emas dengan skore 96. Wajah-wajah galau semakin menyelimuti anak-anak PSM Unej, Medali emas telah di ambil oleh  Pancasila University Student Choir. Akhirnya Disebutlah nama JEMBER UNIVERSITY CHOIR mendapatkan medali emas dengan  skore 100! Sempurna. Girang, haru, teriak histeris dan menangis. Berbagai macam ekspresi ditunjukkan anak-anak. Skore 100 adalah skore sempurna, Fine Art!. Nilai yang tidak kami duga sebelumnya akan bisa kami capai.




1 komentar :